Kamis, 03 Januari 2013

Perencanaan Audit

PERENCANAAN AUDIT


Tahap kedua dari suatu audit menyangkut penetapan strategi audit untuk pelaksaan dan penentuan lingkup audit. Perencanaan merupakan tahap yang cukup sulit dan menentukan keberhasilan penugasan audit. Perencanaan audit biasanya dilakukan antara tiga hingga enam bulan sebelum akhir tahun buku klien.


Tahapan yang sangat penting dalam setiap audit adalah perencanaan, karena perencanaan mengatur mengenal urutan setiap bagian atau tahapan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Standar pekerjaan lapangan pertama dalam standar auditing menyatakan bahwa: “Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.”

Tujuan Perencanaan Audit:
· Memperoleh bukti kompeten yang mencakupi dalam situasinya pada saat itu
· Menekan biaya audit
· Menghindari salah pengertian dengan klien

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Auditor harus merencanakan audit dengan sikap skeptis profesional tentang berbagai hal seperti integritas manajemen, kekeliruan dan ketidakberesan, dan tindakan melawan hukum. Supervisi mencakup pengarahan asisten yang tergabung dalam tim audit yang berhubungan dengan pencapaian tujuan audit dan penentuan apakah tujuan tersebut telah tercapai. Dalam membuat perencanaan audit, supervisi harus lebih ditingkatkan apabila banyak anggota tim audit belum berpengalaman, dibandingkan dengan jika mereka telah berpengalaman. 


Tahapan dalam Perencanaan Audit


1. Mendapatkan Pemahaman Tentang Bisnis dan Bidang Usaha Klien
Agar dapat membuat perencanaan audit secara memadai, auditor harus memiliki    pengetahuan tentang bisnis kliennya agar memahami kejadian, transakasi, dan praktik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan. Auditor harus mengetahui hal-hal berikut :
  • Jenis usaha, jenis produk dan jasa, lokasi perusahaan, dan karakteristik operasi perusahaan, seperti misalnya metoda produksi dan pemasaran.
  • Jenis industri, dan mudah tidaknya industri terpengaruh oleh kondisi ekonomi, serta praktik dan kebijakan yang lazim dalam industri tersebut.
  • Ada tidaknya transaksi-transaksi yang memiliki hubungan istimewa.
  • Peraturan pemerintah yang berpengaruh terhadap perusahaan dan industri.
  • Struktur pengendalian intern perusahaan.
  • Laporan-laporan yang harus disampaikan kepada instansi tertentu, misalnya ke Bapepam
2. Melaksanakan prosedur analitik.
SA Seksi 329 Prosedur Analitik memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik pada tahap perencanaan audit, pada tahap pengujian, dan pada tahap review menyeluruh terhadap hasi audit.

Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan antara lain :
  • Meningkatkan pemahaman auditor atas usaha klien dan transaksi yang terjadi sejak tanggal audit terakhir.
  • Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan dengan audit.
Prosedur analitik dapat mengungkapkan :
  • Peristiwa atau transaksi yang tidak biasa
  • Perubahan akuntansi
  • Perubahan usaha
  • Fluktuasi acak
  • Salah saji
Tahap-tahap prosedur analitik :
  • Mengidentifikasi perhitungan atau perbandingan yang harus dibuat
  • Mengembangkan harapan.
  • Melaksanakan perhitungan atau perbandingan.
  • Menganalisis data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
  • Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan tersebut.
  • Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit.

3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal

a. Tingkat laporan keuangan
b. Tingkat saldo akun

Material awal perlu ditetapkan karena pendapat auditor atas kewajaran laporan keuangan diterapkan pada laporan keuangan sebagai keseluruhan


4. Mempertimbangkan risiko bawaan
Risiko bawaan (inberent risk) suatu risiko salah saji yang melekat dalam saldo akun atau asersi tentang suatu saldo akun. Risiko pengendalian (control risk) suatu risiko tidak dapat dicegahnya salah saji material dalam suatu saldo akunatan asersi tentang suatu saldo akun oleh pengendalian intern. Risiko deteksi (detection risk) suatu risiko tidak terdeteksinya salah saji material dalam suatu saldo akun atau asersi tentang suatu saldo akun oleh prosedur audit yang dilaksanakan oleh auditor. Risiko audit suatu risiko kegagalan auditor dalam memodifikasi pendapatannya atas laporan keuangan yang secara material disajikan salah.

5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama
Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi sebagai berikut : “bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”. Laporan keuangan tidak hanya menyajikan posisi keuangan dan hasil usaha tahun berjalan, namun juga mencerminkan dampak:
a. Transaksi yang dimasukkan dalam saldo yang dibawa ke tahun berikutnya dari tahun-tahun sebelumnya.
b. Kebijakan akuntansi yang diterapkan dalam tahun - tahun sebelumnya SA seksi 323 Audit tahun pertama memberikan panduan bagi auditor berkenaan dengan saldo awal, bila laporan keuangan di audit untuk pertama kalinya atau bila laporan keuangan tahun sebelumnya diaudit oleh auditor independen lain. Auditor harus menyadari mengenai hal-hal bersyarat (contingencies) dan komitmen yang ada pada awal tahun.


Auditor harus memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk meyakini bahwa ;
a. Saldo awal tidak mengandung salah saji yang mempunyai dampak material terhadap laporan keuangan tahun berjalan
b. Saldo penutup tahun sebelumnya telah ditransfer dengan benar ke tahun berjalan atau telah dinyatakan kembali, jika hal itu smestinya dilkakukan 
c. Kebijakan akuntansi yang semestinya telah diterapkan secara konsisten
Sikap dan lingkup bukti audit yang harus diperoleh auditor berkenaan dengan saldo awal tergantung pada:
  • Kebijakan akuntansi yang dipakai oleh entitas yang bersangkutan
  • Apakah laporan keuangan entitas tahu sebelumnya telah di audit, dan jika demikian, apakah pendapat auditor atas laporan keuangan tersebut berupa pendapat selain pendapat wajar tanpa pengecualian
  • Sifat akun dan risiko salah saji dalam laporan keuangan tahun berjalan.
  • Auditor harus menentukan bahwa saldo awal mnecerminkan penerapan kebijakan akuntansi yang semestinya dan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara konsisten dalam laporan keuangan tahun berjalan. Bila terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi atau penerapannya, auditor harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang semestinya dilakukan, dan dipertanggunghjawabkan, serta diungkapkan.
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
Tujuan akhir perencanaan dan pelaksanaan audit yang dilakukan auditor adalah untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang rendah, untuk mendukung pendapat apakah, dalam semua hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar. Tujuan ini diwujudkan melalui pengumpulan dan evaluasi bukti tentang asersi yang terkandung dalam laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Karena keterkaitan antara bukti audit, materialitas, dan komponen risiko audit (risiko bawaan, risiko pengendalian, danm risiko deteksi), auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi.

7. Memahami pengendalian intern klien
Penyajian laporan keuangan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di in donesia mewajibkan klien untuk melaksanakan peraturan-peraturan pemerintah dan perjanjian-perjanjian legal yang lain. Jika material, informasi mengenai kewajiban legal klien, harus dijelaskan dalam laporan keuangan.
Sebelum memulai verifikasi dan analisis terhadap transaksi dan akun tertentu, auditor perlu memahami kewajiban-kewajiban legal dan perjanjian-perjanjian yang menyangkut klien. Informasi tersebut tercantum dalam dokumen-dokumen berikut ini:
  • Anggaran dasar dan anggaran rumah tangga
  • Perjanjian persekutuan (partnership agreement)
  • Notulen rapat direksi dan pemegang saham
  • Kontrak
  • Peraturan-peraturan pemerintah yang secara langsung menyangkut perusahaan klien
  • Arsip korespondensi

Tahap-tahap Proses Audit dan Risiko yang Harus Dipertimbangkan oleh Auditor 
1. memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien
2. melaksanakan prosedur analitis
3. membuat pertimbangan awal tentang tingkat materialitas
4. mempertimbangkan resiko audit
5. mengembangkan strategi audit awal untuk asersi
6. memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern

Tidak ada komentar:

Posting Komentar